Pada penerima beasiswa |
Bagaimana
membuat hidup dapat menjadi berarti? Generasi ini adalah generasi masa depan
Indonesia. Mereka adalah calon tokoh-tokoh yang akan menentukan Indonesia
seperti apa di masa depan. Indonesia akan menjadi seperti apa, merekalah yang
akan menentukan di masa mendatang. Indonesia di masa depan harus mampu menjadai
negara super power. Indonesia jaya adalah harapan yang sudah harus dicapai
Indonesia di tahun 2030.
Salah satu aspek yang dapat dijadikan indikatornya adalah
berapa jumlah riset dan paten yang telah dihasilkan oleh suatu bangsa. Paten
Indonesia tahun 2010 sebanyak 15. Dibandingkan dengan paten negara lain jumlah
tersebut masih sangat minim. Paten yang dimiliki Malaysia 302, Singapura 637,
dan Jepang 32.156, Amerika lebih dari 216 ribu,dan China 314 ribu. Mengapa paten Indonesia san\at
minim? Menurut Prof. Yohanes Surya, salah satu penyebabnya adalah lemahnya daya
riset. "Jika Indonesia ingin
berjaya di pentas Internasional tidak ada cara lain selain menggenjot riset di
berbagai bidang," tegasnya dalam seminar singkat yang diselenggarakan di
Hall Mateo Ricci, SMA Katolik Ricci I, Jakarta, Rabu 14 November 2013.Lembaga-lembaga
pendidikan tinggi yang idealnya menjadi lembaga riset ternyata tidak mampu
mengimplementasikan idealime tersebut. David Gross, peraih nobel bidang Fisika,
2004 memberikan kritikan terhadap perguruan tinggi di indonesia dengan
mengatakan bahwa tinggi di Indonesia belum menjadi lembaga ilmiah, melainkan
lebih sebagai lembaga kursus/training. Keprihatinan inilah yang kemudian
membuat beliau mendirikan Universitas Surya dan mendorong pendidikan tinggi
lainnya untuk mengembalikan budaya riset di dalam kampus.
Hal kedua yang
menjadi point pesannya adalah “Tidak ada
manusia bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapat kesempatan belajar dari
guru yang baik dan metode yang benar”. Setiap anak memiliki potensi dan
kemampuan yang luar biasa. Mengapa selama ini begitu banyak anak yang sesungguhnya
memiliki potensi yang baik, namun tidak mampu meraih prestasi yang baik? Salah
satu penyebabnya yaitu banyak anak tidak
mendapatkan layanan yang memadai untuk itu. Mereka lebih banyak terjebak
memahami dan memaknai belajara sebagai menghafal rumus dan mengahafal
kata-kata. Padahal belajar bukan sekedar hafalan, menghafal rumus dan kata.
Belajar itu menangkap makna dari apa yang dipelajari dan mengembangkan potensi
yang ada. Inilah yang setidaknya menjadia bekal generasi Indonesia Jaya dalam
merujudkan Indonesia jaya di tahun 2030.
Sebagai
wujud impian tersebut, pada kesempatan tersebut, beliau memberikan apresiasi dalam
bentuk bea siswa 100% kepada 18 siswa SMA Katolik Ricci. Bea siswa tersebut
dapat diperoleh selama mengikuti pendidikan di Uninvertis Surya.
Robertus
S,
MedioNovember 2013
No comments:
Post a Comment