BULAN ROSARIO BULAN UNTUK PERDAMAIAN
Pesan Paus Leo XIV
Paus Leo XIV dalam Audiensi
Umum pada 24 September 2025 menyerukan agar umat katolik berdoa Rosario setiap
hari sepanjang bulan Oktober dengan intensi khusus memohon perdamaian dunia.
Seruan ini disampaikan di
tengah dunia yang penuh luka dan ketidakpastian. Kita menyaksikan perang yang
berkepanjangan di bebeapa negara, konflik iidentitas, serta meningkatnya
ketegangan sosial dan politik. Dunia sedang ditandai ”reruntuhan yang
diciptakan oleh kebencian pembunuh.”
Dalam situasi dunia saat ini,
Doa Rosario menjadi lebih dari sekedar doa repititf: ia adalah tindakan iman,
perlawanana rohani terhadap logika kebencian, sekaligus kesaksian bahwa Kristus
maih mnjadi harapan umat manusia.
Doa Rosario medupakan doa
sederhana yang lahir dari tradisi panjang Gereja, yang mengajak uumat
merenungkan misteri hidup Kristus melalui bimbingan Bunda Perawan Maria. Paus
Leo XIII (1878-1903) bahkan menyebut Rosario sebagai ”doa yang paling istimewa”.
Oleh karenanya beliau menetapkan Oktober sebagai Bulan Rosario.
Doa Rosario berasal dari
Injil Lukas, yang adalah doa Kristologis. Di dalamnya Gereja mengajak
merenungkan misteri Kristus dari kelahiran, karya, wafat, hingga
kebangkitan-Nya. Maka di saat umat Katolik mendaraskan doa ini, mereka
sesungguhnya sedang menghubungkan penderitaan dunia dengan jalan salib Yesus,
sekaligus berharap pada kebangkitan-Nya yang memberikan kehidupan baru.
Doa Rosario juga merupakan
doa yang melatih sikap batin: irama doa yang berlunag mengundang ketenangan,
membentuk kesabaran, dan membuka hati untuk mengampuni. Karena itu doa
Rosario dapat melahirkan spiritualistas perdamaian – sikap hati yang sabar,
rendah hati, dan berani menolak kebencian.
Perdamaian dalam kontekas
Indonesia, kita masih menemukan begitu banyak persoalan yang sedang dihadapi
Indonesia. Di sejumlah lokasi kita masih menyaksikan gesekan sosial, ujaran
kebencian, penolakan, pengusiran bahkan berbagai tindakan intoleransi.
Indonesia sebagai negara yang pluralitas, di satu sisi itu merupakan kekayaan
yang sungguh menjadi berkat, tetapi di sisi lain menjadi sumber timbulkan
konflik, pertentangan bahkan ancaman perpecahan.
Dalam situasi yang demikian,
umat Katolik di Indonesia diajak untuk menumbuhkan kerinduan untuk hidup ruku
dan damai bersama seluruh warga negara Indonesia. Dengan doa Rosario,
mendaraskan berulang kali ”Salam Maria”, kita diajak untuk sungguh-sungguh
menghormati martabat manusia. Kita merenungkan setiap misteri yang ada di
dalamnya agar mendorong kita untuk ambil bagian merawat kehidupan bersama di
tanah air Indonesia inilah bentuk nyata spiritualitas perdamaian: doa yang
diwujudkan dalam sikap hidup sehari-hari.
Kita perlu ingat bahwa
kerukunan bangsa tidak hanya ditopang oleh kebijakan negara atau peraturan
hukum tetepi juga spiritualitas yang dihayati oleh seluruh masyarakat. Spiritualitas
kerukunan berarti kesediaan untuk melihat sesama sebagai saudara bukan musuh
atau ancaman. Itu berarti, bagi bangsa
Indonesai ada keberanian untuk membangun jembatan antar agama, mengedepankan
musyawaran daripada konflik, serta memperjuangkan keadilan bagi semua warga
negara tanpa diskriminasi.
Gereja mengajak kita
menjadikan Rosario menjadi salah satu jalan membentuk spiritualitas kerukunan
itu. Dengan rajin berdoa Rosario kita belajar meneladani Bunda Maria yang
rendah hati, penuh kasih, dan terbuka pada kehendak Allah. Sikap inilah yang
dapat menjadi fondasi kita dalam membangun kerukunan hidup berbangsa dan
bernegara. Sebab dengan sikap rendah hati kita akan menghormati orang lan,
memperkuat solidaritas dengan mereka yang lemah dan menolak segala bentuk
kekerasan.
Paus Laeo XIV melihat dunia haus akan perdamaian. Dengan doa Rosario Gereja diundang untuk
menghadirkan kasih Kristus di tengah-tengah masyarakat yang sedang tidak
baik-baik saja. Oleh karena itu, Paus Peo XIV mengajak seluruh umat Katolik
untuk menjadikan Bulan Rosario tahun ini menjadi momentum berharga. Bulan ini
menjadi kesempatan kita untuk bersama seluruh umat Katolik sedunia memanjatkan
doa bagi perdamaian dunia.
Tentu kita semua berharap
bahwa doa Rosario bukanlah sekedar doa rutinitas, melainkan doa yang sungguh
keluar dari harti yang lebih damai, kemudian menjadi nyata dalam tindakan hidup
sehari-hari dengan membangun kerukunan, merawat persaudaraan, dan
memperjuangkan perdamaian bagi segala bangsa.
Di inspirasikan dari tulisan: Pormadi Simbolon (Pembimas Katolik Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten) (kemenag.go.id)
Comments